Rabu, 21 Oktober 2020

Ternyata menjadi Biasa itu Tidak Mudah

 Bisa karena terbiasa, ungkapan yang sudah tak asing di telinga kita, sejak kita masih kecil menggemaskan. Suatu hal atau pekerjaan akan menjadi prilaku dan tragedi biasa bila acap kali dilakukan. Contoh, membantu orang tua mengurusi rumah, awalnya akan sangat berat, bantal kasur yang harus ditata, cucian yang harus dijemur disetrika, memasak makanan menghidangkan hingga mencuci piring. Semua akan menjadi berat kalau dikerjakan sekali-sekali. Bila tidak terbiasa semua akan bisa diselesaikan. Capek? tentu saja, hanya orang yang berbohong yang akan bilang mengerjakan semua itu tidak capek.
Ngomong-ngomong soal bohong. Bohing juga akan menjadi bisa dan biasa bila terus dilakukan karena bohong itu mudah sekali beranak pinak. Satu kebohongan akan melahirkan kebohongan lainnya, dalam satu jam saja kebohongan bisa beranak lebih dari satu.
Bohong, awalnya akan terasa aneh, kalau kita liat anak kecil berbohong, pasti kelihatan wajahnya penuh ketakutan, tapi kalau sudah terbiasa? kita pun tidak tau lagi mana kata-katanya yang benar dan mana kebohongan. Dia pun akan bersikap biasa saja atas kebohongannya.
Jadi, kita tinggal pilih kebiasaan dan pembiasaan mana yang mau kita pilih, ternyata untuk bisa biasa itu tidak mudah. Butuh pengulangan sikap, butuh pengulangan muka yang siap untuk terlihat biasa. Karena biasa maka akan bisa, karena bisa maka akan biasa.

0 komentar:

Posting Komentar