Ayah....
tak pernah aku buatkan puisi indah untukmu,
tak pernah ku ucapkan aku mencintaimu dihadapanmu,
tak pernah aku berlaku lembut dihadapanmu,
tak pernah aku memperlakukanmu special.
Ayah....
tak pernah ku berada begitu dekat denganmu,
tak pernah aku bermanja padamu,
tak pernah aku menangis meminta padamu,
melainkan ketika kanak-kanak dulu,
aku selalu hendak ikut kemana kau pergi,
aku selalu ingin mainan setiap ke toko dan pasar-pasar,
aku selalu memelas ingin makanan ini dan itu.
Ayah....
tak pernah kau menuntutku begini dan begitu,
hanya kau beri pandangan agar aku memiliki bekal hidup,
sering kau mendidik dan mengajariku bersama ibu,
dalam segala kondisimu,
kau ajarkan padaku bahwa bukan dunia yang harus ku cari melainkan dunia dan akhirat,
tak pernah kau membentakku barang sedikit,
kau selalu mengingatkan dengan kata-kata santun.
Ayah....
ku tau jika ku berikan puisi kau tak bisa membacanya,
tak bisa melihatnya karena setiap aku ada kau selalu memintaku membacakan buku atau surat kabar.
ku tak ucapkan cinta karena ku sadari bukan ucapan yang kau butuhkan melainkan sikap dan tuturku.
ku tak berlaku lembut karena kau tak suka basa basi, hingga aku juga tak kasar padamu, ku perlakukan engkau seperti orang yang sangat ku sayangi.
tak pernah ku perlakukan engkau special karena bagiku setiap pertemuan, setiap ujar, setiap sapaan, setiap diskusi kita adalah hal special, karena tak perlu bagiku menunggu sebuah moment untuk memperlakukanmu dengan sangat terhormat.
Ayah....
dulu aku selalu berbincang denganmu,
bercerita tentang kekasih kita,
ya kekasih kita,
dulu aku sering mengikuti langkahmu,
langkahmu ayah ke rumah kekasih kita,
dulu aku sering menjawab pertanyaanmu tentang jarum jam,
saat alunan sahdu memanggil kita,
bertemu dan mengadu pada kekasih kita,
dulu engkau mengajarkan kehidupan padaku,
hingga sempurna hari itu ayah,
sempurna pada hari itu ayah,
sungguh sempurna pengajaranmu.
hari itu padi nan sejuk,
aku masih bisa mendengar ujarmu,
namun kemudian pipiku basah seperti dedaunan yang terkena sambaran desah hujan pagi itu,
sungguh sempurna,
setelah semua jalan engkau berikan,
engkau pergi dengan kesempurnaan bertemu kekasih nan selalu kita bicarakan.
engkau pergi dalam kenangan surah annaba',
engkau pergi untuk selamanya dari hadapanku,
inilah kerinduanku ayah,
rindu dengan segala romantisme yang lalu,
rindu dengan pertengkaran-pertengkaran kecil kita,
rindu dengan perjalanan kita dari satu kendaraan ke kendaraan yang lain.
Ayah....
semoga engkau di tempatkan kekasihmu Allah diantara kekasih-kekasihnya,
engkau seperti siap dengan kepergianmu,
engkau selalu bersama-Nya sebelum kepergianmu dan sekarang, insyaallah,
shoummu penghantarmu yang begitu berbeda dari tahun sebelumnya,
begitu rela engkau sentiasa menahan lapar di hari-hari sunnah,
begitu yakin kau terjaga untuk setiap malam-Nya,
trimakasih ayah.
Ayah....
semoga kita kelak dikumpulkan lagi,
semoga engkau bersama ibu laksana sepasang kasih,
semoga engkau bahagia disana ayah,
kami belajar untuk hidupkan engkau dalam hati kamu dan hidup kami,
trimakasih ayah,
jangan kau risaukan perihal ibu,
kami kan menjaganya.
_Selamat Jalan Ayah_
for moment selasa 24 April 2012.
0 komentar:
Posting Komentar