Bagaimana kabarmu hari ini? Adakah baik-baik saja? atau sedang dirundung kepiluan karena patah jantung eh patah hati? atau sedang berbahagia merayakan cinta bermahkotakan romantisme mengharu biru? atau sedang berbelasungkawa dan bisa jadi dalam keadaan sangat bahagia baru mendapatkan anggota keluarga baru dengan lahirnya anak-anak yang menjadi penghibur hati? Hm....apapun kondisinya yang penting tetap dalam keadaan bekecukupan? nah loh, kok sedih dikatakan berkecukupan yah, kalau lahirnya seorang anak atau sedang merayakan cinta bisalah dikatakan berkecukupan.
Begini sobat,
Sebelum kita berbicara panjang lebar dan bertele-tele tapi penuh makna insyaallah ya, teriakkan terlebih dahulu AKU CINTA KEHIDUPAN YANG AKU MILIKI DENGAN SEGALA KURANG DAN LEBIHNYA, DALAM SUKA MAUPUN DUKA (ucapkan sebanyak 3x dengan semangat). Kayak sumpah pernikahan saja ya...? Ups saya bukan sedang menggurui dan memaksa anda melakukannya, hanya sedikit memberikan sugesti agar kita lebih menghargai kehidupan yang di anugerahkan kepada kita. Ya anugerah.Saya jadi teringat akan seorang kru 'hitam putih', ada seorang pianis dengan nama 'Anugerah prahara', terpulang bagaimana nama itu muncul tapi boleh dikatakan ketika anugerah disandingkan dengan prahara maka disana ada kebahagiaan dan untuk mencapainya dengan susah payah dan inilah inplementasi dari prahara tersebut sehingga memberikan output berupa anugerah.Nikmati hidup ini dengan segala praharanya, kepahitan itu yang akan menyampaikan kita pada rasa bahagia dan itupun bisa kita peroleh jika hati kita tidak dibaluti ketamakan.
Sekarang sampailah saya pada tujuan awal yang ingin saya ceritakan pada kita semua, untuk menelusuri kepongahan dan keegoisan yang ada dalam diri kita. Agar kita sedikit tau maknanya kehidupan dan agar hal yang sedikit itu sampai pada gundukan kata dan perasaan syukur. Prahara kehidupan memang sangat memilukan dan menyakiti jiwa raga kita, namun kendati demikian kita diciptakan bukan untuk terluka tapi untuk mengambil manfaat dari segala prahara. Suatu ketika ada seorang anak muda yang pulang dari tempat kerjanya dengan jalan kaki, bukan karena tidak punya ongkos untuk naik angkot tapi sedang ingin menikmati 'bagaimana sih rasanya jalan kaki itu?' karena selama ini hanya kesana kemari dengan kendaraan pribadi atau angkutan kota, tak bertemu dengan secuil kisah kehidupan orang-orang yang meminta-minta seorang ibu tua membawa anaknya yang sepertinya sudah seperempat abad usianya dengan penampilan kumuh, anaknya tidak bisa melihat. Dari kejauhan anak muda itu hanya melihat dua orang yang berjalan, tapi ternyata dari detik ke detik mendekat timbul rasa yang lain dalam hatinya.Ibu itu dengan keadaan sangat papah, anak muda itu menghentikan mereka walau hanya memberikan selembar uang dari saku kiri tasnya, ia masih terhenyak ketika bagian dari gaji terakhirnya (karena hari itu dia di berhentikan dari pekerjaannya), tak ragu ia berikan dengan kata terdalam dari hatinya 'Allah punya cara tersendiri untuk memberikan yang terbaik bagi hambanya, ketika hari ini anak muda itu terpukul dan terpental akan bagaimanakah caranya lagi memenuhi kebutuhan hidupnya, bagaimana meneruskan hidupnya, tapi ia teringat lagi dengan kata 'biarlah yang sedikit itu akan menjadikan banyak'. Ketika ibu dan anak itu pergi, kembali anak muda ini tersentak, kenapa hanya sedikit yang ia berikan, kenapa? ketika melihat ke belakang, anak muda ini tidak melihat ibu dan anak itu lagi, timbul duka dalam hatinya namun apakah daya seperti kilat mereka pergi, kesempatan berbagi sudahpun hilang dan tak bisa direvisi, sirna sudah kesempatan itu.
![]() |
Abang Alfath Bersenjata.com |
Prahara kehidupan itulah yang membuat hidup semakin berarti, kebahagiaan itu bukan ketika kita terbelenggu dengan segala kekurangan dan derita diri, bukanlah sebuah hal yang mudah untuk hidup seperti ibu tua tadi, dia harus membesarkan hidupnya dengan segala kekurangan yang dia miliki. Pemuda itu tersentak bahwa semua yang dia miliki, ketika ia diberhentikan dari pekerjaannya tidaklah lebih buruk dari apa yang dimiliki ibu tua dan anaknya tadi. Ternyata, menyempatkan diri untuk berjalan memberikan begitu banyak kesempatan untuk belajar dan mengerti akan kehidupan, karena kehidupan itu tidak dinilai dengan apa fasilitas yang kita gunakan, tapi bagaimana kita memaknai kehidupan itu sendiri, ia menjadi indah ketika kita menikmatinya, ia menjadi tak berharga ketika kita memenuhi relung hati dengan ketamakan dan ketidak puasan atas nikmat-nikmat yang diberikan kepada kita. Persiapkan senjata berupa keimanan, persiapkan diri dengan kesabaran, agar prahara tunduk pada senjata kesabaran, agar kita tidak mati dengan gelimangan kerakusan.
Setiap apa yang diberikan kepada kita ada hak orang lain, hak itu bisa berupa kesejahteraan bisa berupa pelajaran, ketika kita terluka ingatlah sungguh masih ada yang terluka dibelahan dunia yang lain, mungkin kita butuh waktu untuk berbenah namun bukan berarti kita harus menghukum keadaan dengan segelintir prahara yang kita hadapi, karena prahara silih datang dan berganti dengan bening kebahagiaan ketika kita tidak hanya memikirkan diri sendiri.
to be continue....
belajar tentang hidup smpai hayat berakhir,, emang sih masalah hidup sudah seperti siklus alam
trims mbak NouvaLitera, senang bs berkenalan. belajar tentang hidup memang tidak akan pernah usai sprti pepatah 'tuntut ilmu dari ayunan hingga akan sampai ke liang lahat'. Ilmu itu sangat penting, tak peduli dari siapa kita terima, meskipun dari seorg anak kecil yg ingusan. bukan begitu mbak?