Nostalgia

Dulu aku adalah seorang praktisi pendidikan, mendidik dan mencari cara jitu lantas mengajarkannya untuk mendidik anak-anak bangsa.
Dulu aku adalah praktisi politik, aku selalu andil dalam perjuangan politik, aku korbankan apa saja untuk kebaikannya, aku hadang semua yang menghalang, aku tak pernah rela menyerahkan bangsaku tanpa perjuangan.
Dulu aku adalah seorang praktisi agama, tak ku biarkan satu baitpun firman-Nya berlalu, ku selalu utarakan makna dan tafsir cinta-Mu, aku berjalan kemanapun dengan titah-Mu.
Dulu aku adalah seorang praktisi keadilan, tak ku biarkan negaraku tanpa keadilan, tak ku teguk setetes air jika ada yang tertindas, ada yang terluka.
Dulu aku adalah praktisi perlindungan hak manusia, tak ku biarkan orang lain biadab pada bangsaku, tak ku biarkan satupun bangsa ini terluka, ku jaga dan selalu ku lindungi.
Dulu aku praktisi ekonomi, kesejahteraan negara selalu ingin ku jaga, tak ingin aku melihat ada yang lapar, aku selalu ingin mereka bersemangat dan tersenyum...

Lalu aku menjadi seorang penulis, ku tuliskan luka dan bahagia bangsa ini, ku tuliskan semua yang mereka rasa dari dua sisi yang berbeda, ku harap ada yang membaca.
Lalu aku juga menjadi motovator, ku teriakkan motivasi lantang di genderang pendengaran mereka, bukan untuk memekakkan, tapi untuk membangunkan, untuk menegakkan setiap yang tidur dan terhenyak duduk.
Lalu aku juga menjadi pengusaha, aku tak ingin ada yang tidak bekerja, aku ingin semuanya berusaha, aku ingin semuanya sejahtera.

Kini, aku hanya terhenyak, bernostalgia dengan dulu dan lalu itu,
tak ada lagi tulisan yang bisa ku rangkai,
tak ada lagi kata yang bisa ku teriakkan,
tak ada lagi usaha yang bisa aku gerakkan.

Aku sudah kalah dari dahulu kala,
aku sudah terkubur dahulu kala,
aku sudah mati dari dahulu kala....

aku yang kini meminta untuk disapa,
aku yang kini meminta untuk dipapah,
aku yang kini meminta untuk ditegakkan dari duduk terenyah dan baring panjang,
aku yang kini meminta untuk dibantu