Usia adalah nikmat yang tidak bisa ditambah dan tidak bisa dikurangi, kematian juga tidak bisa dipercepat dan tidak bisa dipelambat, hanya menunggu masa kapan akan berakhir. Tapi ketika tua sudah menjadi pandangan manusia pada kita, kulit sudah mengendor, rambut sudah memutih, gigi sudah ompong bukan berarti kita tidak berhak berbuat dan berkarya, seperti halnya seorang Harland D Sanders ketika berumur 66 tahun dia tidak memiliki apa-apa untuk ia banggakan, hanya ada sebuah resep masakan dari mendiang ibunya, lantas ia usahakan dan akhirnya masakan yang dia awali di usia senja itu menjadi makanan yang disenangi banyak orang, tak ubah juga di Indonesia dan itu adalah KFC. Maaf, bukan saya memotivasi anda untuk memakan KFC dan melupakan cita rasa bangsa sendiri. Tapi hanya saja bahwa keberhasilan itu tidak dipandang dari usia tapi adalah mau atau tidak untuk berhasil.
Usia antara kita satu dengan yang lainnya berbeda, mungkin ada yang begitu lahir meninggal, ada pula ketika balita, ada pula saat remaja, ada pula sebelum sempat berumah tangga, ada pula setelah menikah, ada pula setelah tua. Dan kematianpun menjemput dengan seni yang berbeda-beda. kematian bisa datang kapan saja, dalam kondisi siap ataupun tidak sama sekali.
Usia kehidupan itu hanya sebait jika diibaratkan sebuah puisi, dan bait-bait selanjutnya adalah kehidupan di alam kubur dan terus ke akhirat. Kehidupan yang abadi dan kekal selamanya.
Menghiasi sebait usia yang kita memiliki untuk kehidupan yang kekal tidaklah salah, ketika ada yang bisa kita berikan maka berikanlah untuk membantu seorang yang membutuhkan. Kisah seorang ayah mencari sesuap nasi untuk anaknya, ia hanya mendapatkan sepotong roti, alangkah bahagianya dia, lantas ketika perjalanan pulang menuju rumahnya ia melihat seorang anak yang merintih karena kelaparan, lantas ia pulang tanpa membawa nasi atau sepotong roti sedang anaknya masih dalam keaadaan lapar bahkan sudah tertidur.
Memberi tidak hanya dalam keadaan senang tapi tetap memberi dalam keadaan susah. Teramat mudah jika kita memberi disaat berlimpah kemudahan dan kesenangan, tapi memberi disaat kesusahan tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya orang- orang yang jernih cara berfikirnya, orang yang berfikir tidak hanya jauh ke depan tetapi jauh melintasi atmosfer bumi menuju pemikiran yang teramat jauh, berfikir untuk negeri akhirat. Negri yang tak ada penolong melainkan pertolongan Allah, saat diri tk bisa mengelak dari semua tuduhan yang disampaikan oleh seluruh saksi perbuatan kita, tak ada banthan dari kita, hanya pasrah mendengar dan menerima kemanakah kita akan di masukkah dalam alam yang penuh kebahagiaan atau neraga yang apinya selalu setia membakar tubuh kita.
Memberilah jangan pernah menghitung berapa banyak harta yang kita berikan kepada fakir dan miskin, karena hitng-hitungan itu memang tidak akan berarti dalam kehidupan duniawi, jika dihitung ia akan mengurangi keikhlasan atau meningkatkan kesombongan. Hitung-hitungan itu hanya berlaku di akhirat, itulah hitungan yang tidak dikurangi dan tidak ditambahkan, tidak ada negosiasi lagi, karena negosiasi sudah tertutup saat ajal sudah diregang dari jasad.
Ibnul Qayyim menyatakan ”Jika seorang manusia, sepanjang siang dan malamnya, tidak memikirkan hasrat yang lebih besar selain untuk mendapat keridhaan Allah semata, maka Allah akan mencukupi segala kebutuhannya dan memupus semua kesedihannya. Allah akan melapangkan hati orang tersebut untuk mencintai-Nya, membuat lisannya selalu zikir kepada-Nya dan seluruh anggota tubuhnya taat kepada-Nya”.


0 komentar:
Posting Komentar