Sumber eramuslim.
Ayo bersiaplah untuk hidup berpoligami,
apalagi dunia semakin banyak perempuannya,
jangan halangi suamimu untuk menambah isteri
1,2 hingga 3 #eh....
cekidot,,,,mari kita biarkan suami kita dengan istri pertamanya.
Sejak aku mengenalnya, aku tahu aku harus siap
berbagi dengan istri pertamanya. Segalanya dan
lahir batin. Bagaimana tidak? Istri pertamanya itu...
lebih dahulu dikenalnya dan banyak memberinya
kenyamanan jiwa.
Sebaimana istri, belahan jiwa, istri pertamanya itu
adalah bagian hidup suamiku. Suamiku mengenalnya
dan berinteraksi mesra dengannya jauh sebelum
mengenalku. Jadi, aku memang harus tahu diri dan
menaruh takzim.
Suamiku mengenalku saat aku berusia ranum, 23
tahun. Sebelum itu, suamiku sudah mengikat janji
dengan istri pertamanya.
Akupun mengenal suamiku dengan perantara istri
pertamanya itu, jadi sekali lagi, bagaimana aku
bisa menghalangi suamiku datang dan memenuhi
panggilan istri pertamanya setiap detik, menit,
jam, hari, pekan, bulan bahkan tahun?
Aku sudah menetapkan hatiku: aku ini hanya istri
kedua setelah dia. Tulus dan tanpa paksaan.
Hari berganti hari, dan kini usia pernikahan kami
tujuh tahun. Selama itu pula aku, suamiku, dan
istri pertamanya semakin akur saja. Semua
berjalan dengan sangat romantis. Romantis yang
berbeda, bukan mellow atau possessive .
Aku, suamiku dan istri pertamanya itu saling
menguatkan. Ya, panggilan-panggilan dari istri
pertamanya selalu kulempangkan jalannya.
Kubiarkan suamiku memenuhi kewajibannya pada
istri pertamanya dengan tanpa beban, tanpa
kureweli dan kukondisikan anak-anakku sejak dini
untuk memahami belahan jiwa ayah mereka yang
lain.
Dan meskipun masih anak-anak, aku yakin mereka
akan bertumbuh dengan keyakinan sama denganku,
toh ayah mereka adalah seorang ayah yang
berusaha membagi waktu dengan adil. Cinta yang
bervisi surga, begitu mimpi kami.
Aku sering berseloroh dengan suamiku, “Aku ini
hanya istri kedua setelah dia. Begitu juga istri-
istri kakanda berikutnya, jika tidak bisa
berinteraksi dengan istri pertamamu, lebih baik
jangan nambah, hahaha…” dan entahlah, kami tidak
pernah merasa jengah dan tabu berbicara tentang
momok pernikahan bagi para istri : POLIGAMI.
Karena bagi kami semua itu ada waktunya, ada
aturan dan ada standarnya. Jadi, aku dan istri
pertamanya sudah memahami suamiku, hanya
tinggal kehendak Allah bukan?
Aku tahu semakin bertambah usia pernikahan kami,
istri pertamanya akan semakin banyak meminta
perhatian, konsentrasi, pemikiran dan bahkan
waktu suamiku. Karena istri pertamanya itu bukan
sesuatu yang biasa-biasa saja.
Aku bahkan merasa nyaman berinteraksi
dengannya. Aku, suamiku , dan istri pertamanya
telah sama menemukan belahan jiwa, bukan cinta
fisik yang berbatas usia, tapi romantisme heroik
yang saling memotivasi untuk semakin teguh.
Ya,ya,ya… sejak semua cinta bermula aku sudah
meneguhkan diriku: aku ini istri kedua setelah
Jama’ah dan amanah dakwah yang lebih dulu
dicintainya. Salam Inspiratif!
Waspada Transaksi di FLIP: Pengalaman Tidak Menyenangkan Menggunakan Flip.id
-
Di era digital seperti sekarang, layanan keuangan berbasis teknologi
menjadi solusi utama bagi banyak orang untuk melakukan transaksi secara
cepat dan...
2 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar