Pendidikan bagi anak bangsa ini adalah tanggungjawab negara. Pendidikan yang mumpuni adalah hak semua lapisan masyarakat bangsa, hak untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan semua lapisan, tidak hanya yang kaya dan berkecukupan yang bisa menikmati pendidikan tapi masyarakat yang kurang mampu juga dapat merasakan pendidikan.
Tak akan ada salahnya, jika pemerintah ikut andil dalam memperhatikan pendidikan di Negara ini, maka pendidikan ditingkatkan diberbagai daerah dengan 'pendidikan gratis', selamat bagi pemerintah yang telah mengadakan pendidikan gratis.
Namun tak ada yang sempurna, pendidikan gratis telah menjadi tanggungjawab yang menimpangkan gerak pendidik, pengguna pendidikan menuntut segala kebutuhan pendidikan itu gratis sehingga ada hal yang seharusnya bukan tanggungjawab pendidik menjadi bahan derita pendidik. Kesalahan itu terjadi karena tidak adanya point-point yang jelas terhadap masyarakat, biaya yang mana yang gratis, biaya yang mana yang tak perlu dibayar, biaya yang mana yang mesti harus ditanggung peserta didik, sampai-sampai dalam aflikasi keseharian, saya masih menemukan orang tua yang bertanya 'mana buku paket gratis untuk anak kami?, mana seragam gratis untuk anak saya'. Orang tua seperti berlepas tangan dengan tanggungjawab sebagai orang yang punya tanggungjawab penuh bagi dirinya, karena merasa semuanya gratis.
Pendidikan yang tidak dengan dana kantong pribadi orang tua, maka akan menghasilkan anak yang juga tidak begitu baik, apalagi ketika anak tau orang tua tidak begitu banyak andil dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anaknya, yang ada akan hadir malin kundang- malin kundang modern. Pendidikan seyogyanya menjadi penyebab hidup menjadi lebih baik namun pada kenyataannya semakin banyak orang yang berpendidikan semakin banyak pula kehancuran dimuka bumi ini, hal ini disebabkan pendidikan bukan ladang ilmu lagi tapi hanya ladang mencari ijazah yang nantinya digunakan untuk dunia kerja, dan lagi-lagi pendidikan menghantarkan negara pada kehancuran, inilah potret menyedihkan negeri ini, ketika pendidikan bukan dari hati.
0 komentar:
Posting Komentar