Rabu, 02 Oktober 2013

Beginilah luka memberi obat,


Adakah jalan ini lengang akan kerikil-kerikil dan duri perjalanan? Adakah jalan ini jauh dari luka dan simbahan darah? Adakah jalan ini takkan pernah bertaburan bunga? Adakah jalan ini sungguh melelahkan? Adakah jalan ini sungguh tak menyenangkan? Adakah luka yang tak bisa terobati? Adakah luka yang tak bisa sembuh? Adakah sakit yang tak ada obatnya? Adakah sesak di dada ini akan tenang tanpa mau menghilangkan riak yang menghantam dinding-dinding rusuk dan bilik-bilik jiwa? Adakah rasa ngilu tak ada obatnya sama sekali?
Saudaraku,
Jangan menjadi kader yang kolot. Setiap luka yang kita rasa maka Allah tempat mengadunya, tak ada manusia yang bisa memberikan perhatian seperti yang kita inginkan, tak ada manusia yang bisa memberikan kenyamanan seperti apa yang kita inginkan meskipun ia seorang murobbi. Berhentilah memalaikatkan manusia dan manusiakanlah manusia kembalikan mereka pada kodratnya. Apa yang kita alami, teriris, tersayat, terdera dan perih bukan tak ada obatnya, bukan juga alasan untuk berhenti dalam derap perjuangan. Jika orang lain melangkah dengan tegap maka syukurilah ketika kita masih bisa melangkah dalam gontai ternyata ketika manusia tak memandang kita masih bisa merasakan Allah ada dalam keseharian kita, ketika orang melangkah seribu kali lebih cepat dari kita maka jangan merasa hina jika langkah kita terseok. Ingatlah, Allah tidak memandang sesuatu banyak atau lebih cepat, tapi Allah memandang proses yang kita lalui seiring dengan keikhlasan dalam melangkahkan kaki.
Saudaraku….
Memberi itu bukan hanya saat lapang, bukan pula ketika punya kelebihan dan ketika bahagia. Memberi itu juga ketika sempit, kekurangan dan duka. Lantas apakah engkau harus merutuki diri dan bernostagia dengan kejayaan masa lalu? Lalu menyesal dan tak mau berbuat sedikitpun untuk kebaikan? Bahkan mundur dan berbalik menyerang? Menyesal dan penuhi hati dengan dendam?
Tidak saudaraku, sungguh tidak karena itu hanya jalan yang keruh dan ditumpahkan dengan kekeruhan solusi, bertanya dan berharap pada Allah, yakni ia akan tunjuki jalan yang lurus untuk memperbaiki hati kita yang bengkok, jangan peduli dengan ocehan manusia, pedulilah pada penghargaan yang Allah berikan. Pedulilah pada Maha kasih dan Maha sayang-Nya. Tak perlu menyesali kenapa tercebur dalam buncah pengorbanan ini, hargai diri kita maka kita akan terobati, jika semua bahagia maka apa arti kebahagiaan jika tak ada pembandingnya? Jika semuanya mulus lantas kapan keindahan itu terasa memberikan simponi dan warna? Jika tak ada kelelahan lantas apakah akan terasa manisnya perjuangan? Lantas apakah kelelahan yang tak berarti yang kau inginkan atau kelelahan yang manis?
Saudaraku,
Wasilah da’wah ini banyak sekali, kampus atau luar kampus tak akan mengurangi izzahmu untuk tetap menjadi orang yang terbaik.

0 komentar:

Posting Komentar