Hidup itu Indah, begitulah kalimat pertama yang muncul dalam blog saya ini, blog ini saya buat ketika saya merasa inilah tempat yang paling cocok untuk beristirahat dari kepenatan aktifitas dunia ini, saat saya merasa marah maka saya tuangkan dalam tulisan hingga akhirnya lebur dan kembali normal, saat saya merasa sangat bahagia maka saya tuangkan dalam tulisan hingga saya mencair dan mengalir begitu saja, ya begitu saja bukan kesia-siaan, tapi bak agin menyapa dengan kelembutan.
Saya ingin bercerita tentang kisah seorang mahasiswa yang memutuskan Drop Out, ya keluar dari kependidikannya, mahasiswa ini dikenal cukup pintar, nilainyapun bukanlan nilai terendah dari teman-temannya, semangat belajarnya tinggi ditandai walau tertatih ia terus berusaha hingga sampai pada riset untuk menyelesaikan skripsinya. Ternyata perjuangannya mengulang matakuliah, memperbaiki nilai, pengorbanan waktu tenaga dan pikirannya untuk riset harus pupus begitu saja ketika ia memutuskan Drop Out.
Terang saja, yang namanya kehidupan itu jungkir balik kalo gak belum hidup namanya, lagi pula perjuangan itu terasa indah ketika begitu banyak rintangannya bukan? Ya, mahasiswa ini jungkir balik, hatinya gundah ketika ingin memutuskan Drop Out, bingung mengutarakan inginnya pada orang tua dan keluarga, bagaimana tidak, dulu kepengen kuliah setelah dikuliahkan malah tidak diselesaikan. Akhirnya mahasiswa itu mendiamkan diri, hanya menjawab pertanyaan dengan senyum.
Pertanyaan yang sangat sensitif yang sering ditanyakan orang itu adalah kapan sidang sarjana? kapan tamat? kapan wisuda? dan ada lagi pertanyaan kalo udah tamat tapi belum nikah, kapan nikah? udah nikah ada lagi pertanyaan, kapan punya anak, kapan punya rumah, kapan punya ini dan itu. Yah, serentetan pertanyaan kapan itu seperti rangkaian mercun yang meledak berurutan tak usai-usai. Kalo ditanya begitu, jawaban pertanyaan kapan dan kapan itu ya kapan-kapan. :) .
Mahasiswa ini memutuskan Drop Out karena satu saja kata yang menusuk hatinya, ya mungkin ini puncaknya saja, barangkali sudah lama ia menahan beban dengan kata-kata 'bodoh' kado sang dosen, ya dosennya sanger buanget. Saat kegalauan menimpanya, mahasiswa ini sangat benci pada dosen tersebut, namun ketika memutuskan berhenti, maka kebenciannyapun lenyap begitu saja. Beruntung mahasiswa ini masih sehat dan tau membawa arah dirinya kemana.
Ia bertekad, "aku mungkin tidak ada apa-apanya, aku bodoh seperti kata dosenku, buat apa aku teruskan jalan ini jika aku hanya seorang pemilik predikat bodoh, jika titel bodoh lebih pantas untukku, jika titel bodoh lebih pantas untukku. ya, aku bodoh. Aku tidak pantas berada disini dan meneruskan ini". Inilah kata-kata yang berseliweran dibenaknya setiap kali teringat kata-kata dosennya yang menyayat dan melukai mimpinya menjadi seorang sarjana.
Kekuatan yang ia miliki setelah mengambil keputusan berat yang semua orang menyatakan salah, sayang dengan keputusannya namun keluarganya yang tetap mendukungnya, keluarganya yang tetap menyayanginya, keluarganya yang tetap berada dipihaknya. Dia berusaha mengikhlaskan diri, buat apa merasa minder, toh ini hanya masalah toga.
Dia bekerja sehari-hari, mengerjakan apa saja yang halal, dia memang sangat berbakat, tak ada lagi yang dhindarinya, Drop Out menghantarkannya pada karir tak terbatas, satu tahun ia bekerja apa saja, ia sudah memiliki kendaraan sendiri, ruko, tabungan dan tabungan haji. Usianya yang masih muda ternyata sudah cukup sukses, dibandingkan teman-temannya yang juga bekerja tapi belum juga memiliki apa-apa, dibandingkan temannya yang masih saja sibuk menghantar ijazahnya kesana kemari. Ketika saya bertanya, kenapa Dia bisa sesukses itu? Jawabannya 'karena saya Drop Out'. Loh kenapa anda bangga dengan kegagalan anda? 'saya tidak bangga dengan kegagalan saya, saya sangat menyesal dulunya, padahal seharusnya diujung nama saya sudah ada tambahan titel, tapi saya berusaha memaafkan penyesalan saya, saya bekerja saja "lillahi taala" hanya itu modal saya'. Apa anda sekarang sudah merasa sukses? 'wah, masih jauh mbak'. Tapi bukannya mbak sudah bisa menyamai mereka yang bertitel? bahkan mungkin lebih? 'bagi saya mereka juga sukses, karena kesuksesan itu tidak sama, beda ladang, beda tanaman'.
Dari cerita ini, saya tidak mengajak anda untuk DO dari pendidikan anda, tapi saya lebih mengajak anda, memanusiakan manusia, menganggapnya benar-benar ada, bukan sekedar menganggap orang yang punya banyak uang, punya jabatan, baru kita hargai. Siapa saja yang ada di dunia ini bermanfaat, bahkan seekor nyamuk sekalipun, apalagi manusia. Setiap orang berhak untuk dihargai, adakah diantara kita yang tak pernah jatuh? adakah diantara kita yang tak pernah gagal? maka milikilah rasa simpati dan empati karena posisikan diri kita pada posisi penderita bukan bermental pencaci. Karena orang yang berhasil melewati fase gagal dengan terus berusaha, maka ia akan menjadi seorang pesohor yang sukses melejit bak pesawat tempur. Jika gagal, bangkit! Jika salah, perbaiki!.
Nice Quote kak,..sangat memotivasi. yaaap,.kesuksesan tidak dinilai dari adanya toga,. tapi kesuksesan bagiku adalah bisa melakukan apa yang aku senangi, apa yang bisa aku mampu dan apa yang bisa bermanfaat untuk orang lain dan lillahi ta'ala saja :)